Silmy Karim: Lapas Harus Jadi Mesin Produktif, Bukan Hanya Tempat Pembinaan

Silmy Karim: Lapas Harus Jadi Mesin Produktif, Bukan Hanya Tempat Pembinaan

October 9, 2025 By hidayat

Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Silmy Karim melakukan serangkaian kunjungan kerja ke berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Jawa Timur dan Madura pada 2-4 Oktober 2025. Kunjungan dimulai dari Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Pamekasan pada Kamis (2/10/2025), dilanjutkan ke Lapas Kelas I Surabaya pada Jumat (3/10/2025), dan ditutup dengan kunjungan ke Kantor Imigrasi Pamekasan pada Sabtu (4/10/2025).

Dalam kunjungan kerja tersebut, Silmy Karim didampingi oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Imigrasi Jawa Timur Novianto Sulastono dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kadiyono. Hadir pula Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Tanjung Perak I Gusti Bagus M. Ibrahiem beserta seluruh Kepala UPT Imigrasi se-Jawa Timur dan Kepala UPT Pemasyarakatan korwil Madura.

Rangkaian kunjungan ini menjadi bagian dari strategi besar untuk mereformasi sistem pemasyarakatan dan imigrasi yang selama ini dianggap belum memberikan dampak optimal bagi masyarakat. Dia memastikan setiap agar kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik, sekaligus memberikan penguatan kepada seluruh jajaran di garda terdepan pelayanan publik.

Tabel Konten

Pemimpin Sebagai Penyelesai Masalah dan Perencana Masa Depan

Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Silmy Karim Terlihat Sedang Memberikan Arahan

Di Kantor Imigrasi Pamekasan, Silmy Karim memberikan pengarahan terkait pentingnya integritas, kedisiplinan, dan visi jangka panjang sebagai pedoman menghadapi dinamika global serta meningkatkan pelayanan publik yang profesional. Beliau meminta jajaran Imigrasi Pamekasan menghindari konflik yang tidak produktif dan lebih fokus memperluas kontribusi positif demi kepentingan masyarakat.

Sementara itu, kunjungan ke Lapas Surabaya menjadi momentum penting di mana Silmy Karim memberikan pengarahan kepada seluruh Kepala UPT Pemasyarakatan se-Jawa Timur di Aula MD Arifin. Di sini, Wakil Menteri menekankan perlunya transformasi radikal dalam sistem pemasyarakatan, mulai dari pembenahan manajemen sumber daya manusia hingga optimalisasi lembaga pemasyarakatan sebagai pusat produktivitas ekonomi. Bahkan, Silmy Karim menyempatkan diri meninjau bengkel kerja dan masuk ke blok hunian untuk berdialog langsung dengan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

Dalam setiap kesempatan kunjungan kerja, Silmy Karim konsisten menekankan dua karakteristik utama yang harus dimiliki pemimpin sejati. Pertama, pemimpin harus mampu menyelesaikan masalah, bukan memperkeruh keadaan. Kedua, pemimpin harus mampu mengantisipasi masa depan dengan menjadi seorang perencana yang memahami dinamika perubahan.

“Pemimpin harus berani bermimpi, menyusun rencana, dan memetakan masa depan organisasi,” ungkap Silmy Karim saat memberikan pengarahan di Pamekasan. Pernyataan ini mencerminkan pendekatan visioner yang tidak hanya fokus pada penyelesaian masalah jangka pendek, tetapi juga mempersiapkan organisasi menghadapi tantangan di masa mendatang.

Silmy Karim juga mengingatkan seluruh jajaran untuk tidak terjebak dalam konflik yang tidak produktif. “Jangan berkonflik di kolam kecil yang dapat menguras energi tanpa manfaat besar,” pesannya. Sebaliknya, energi kerja harus diarahkan pada strategi yang memberikan kontribusi positif bagi kepentingan masyarakat luas. Filosofi ini menunjukkan pemahaman mendalam tentang manajemen sumber daya dan fokus organisasi yang efektif.

Dalam konteks kepemimpinan modern, Silmy Karim juga menekankan pentingnya integritas, kedisiplinan, dan visi jangka panjang. Kedisiplinan tidak hanya terkait kehadiran atau administrasi semata, tetapi mencakup sikap, perilaku, dan kepatuhan terhadap aturan dalam lembaga. “Disiplin menjadi cermin profesionalitas, wibawa, citra institusi, dan integritas dalam bekerja,” jelasnya. Pandangan holistik tentang kedisiplinan ini menunjukkan bahwa Silmy Karim memahami perubahan sejati dimulai dari karakter dan kultur kerja aparatur.

“Kita tidak butuh pemimpin yang pasif. Kita butuh pemimpin lapangan yang berani, gesit, dan bertanggung jawab.” Pernyataan ini menjadi pesan kuat bahwa transformasi membutuhkan pemimpin yang tidak hanya pandai memberi instruksi dari belakang meja, tetapi juga berani turun langsung menghadapi realitas di lapangan.

Lapas Produktif sebagai Mesin Ekonomi

Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Silmy Karim bersama Jajaran

Gagasan paling mencolok yang diusung Silmy Karim selama kunjungan kerja di Jawa Timur adalah transformasi lembaga pemasyarakatan menjadi pusat produktivitas ekonomi. Konsep “Lapas Produktif” yang dipromosikannya bukan sekadar jargon kosong, melainkan strategi konkret yang dirancang untuk mengubah paradigma tentang fungsi lapas dan rutan di Indonesia.

“Lapas bukan hanya tempat pembinaan. Sudah saatnya kita jadikan lapas sebagai pusat kegiatan produktif yang nyata manfaatnya, bukan hanya bagi warga binaan, tapi juga untuk masyarakat sekitar,” tegas Silmy Karim saat memberikan pengarahan di Lapas Surabaya pada 3 Oktober 2025. Pernyataan ini mengandung makna revolusioner: lapas tidak boleh lagi dipandang sebagai beban negara, melainkan harus menjadi aset produktif yang memberikan nilai tambah ekonomi.

Konsep Lapas Produktif yang digagas Silmy Karim mencakup beberapa elemen strategis. Pertama, membangun kemitraan dengan sektor swasta dan komunitas lokal untuk menciptakan peluang kerja dan pelatihan bagi warga binaan. Kedua, mengembangkan program pelatihan yang tidak hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi juga membentuk karakter dan mental wirausaha. Ketiga, memastikan setiap lapas memiliki output yang jelas dan terukur, sehingga dampak ekonomi dan sosialnya dapat dievaluasi secara objektif.

“Bangun kemitraan, kembangkan pelatihan, dan pastikan setiap Lapas punya output yang jelas. Ini soal legacy dan kebermanfaatan,” ujar Silmy Karim dengan tajam. Pernyataan ini menegaskan bahwa beliau tidak menginginkan program-program yang hanya terlihat bagus di atas kertas, tetapi menuntut hasil nyata yang dapat dirasakan masyarakat.

Kunjungan Silmy Karim ke bengkel kerja Lapas Surabaya memberikan contoh nyata dari konsep Lapas Produktif. Beliau meninjau langsung hasil karya mebel buatan Warga Binaan Pemasyarakatan yang memiliki kualitas tinggi dan layak jual di pasaran. “Saya sangat terkesan dengan hasil mebel di sini. Ini bukti bahwa dengan pembinaan yang tepat, WBP mampu berkarya dan menghasilkan produk bernilai,” tegasnya. Lebih jauh, Silmy Karim mengusulkan agar WBP yang terlibat dalam produksi mendapatkan apresiasi berupa penghargaan dan gaji, yang menunjukkan penghargaannya terhadap kerja keras dan produktivitas.

Pendekatan ini sangat berbeda dengan paradigma lama yang memandang warga binaan hanya sebagai objek pembinaan pasif. Silmy Karim menekankan bahwa warga binaan adalah subjek pembangunan yang berhak mendapat kesempatan untuk berkontribusi secara ekonomi. Dengan mengubah lapas menjadi pusat produktif, sistem pemasyarakatan tidak hanya membantu rehabilitasi warga binaan, tetapi juga mengurangi beban anggaran negara dan bahkan berpotensi menghasilkan pendapatan.

Selain meninjau bengkel kerja, Silmy Karim juga menyempatkan diri masuk ke blok hunian dan berdialog langsung dengan WBP. Beliau memastikan fasilitas yang ada memenuhi standar kenyamanan dan keamanan, sekaligus memberi motivasi agar program pembinaan semakin bermanfaat. “Kunjungan ini bukan sekadar melihat hasil karya, tetapi juga untuk memberi dorongan kepada jajaran pemasyarakatan agar terus berinovasi. WBP harus dibimbing agar kembali ke masyarakat dengan bekal yang lebih baik,” ujarnya.

Kepala Rutan Ponorogo Muhammad Agung Nugroho yang turut hadir dalam pengarahan tersebut menyambut positif arahan dari Silmy Karim. “Pengarahan Bapak Wamenimipas menjadi motivasi bagi kami di Rutan Ponorogo untuk terus meningkatkan kualitas pembinaan. Kami berkomitmen memberikan program pemberdayaan yang tidak hanya melatih keterampilan, tetapi juga membentuk karakter WBP,” ungkapnya.

Penegakan Integritas dan Sinergi Lintas Sektor

Wakil Menteri Imigrasi, Silmy Karim

Selain mendorong produktivitas, Silmy Karim juga sangat serius dalam hal penegakan aturan dan integritas. Beliau tidak menutup mata terhadap praktik menyimpang yang masih terjadi di dalam lapas dan rutan, seperti peredaran handphone ilegal, pungli, dan narkoba yang dikenal dengan istilah HALINAR (Handphone, Pungli, dan Narkoba). Silmy Karim menegaskan bahwa penegakan aturan harus dilakukan secara tegas, konsisten, dan tanpa kompromi.

Penekanan pada penegakan integritas ini bukan tanpa alasan. Silmy Karim memahami bahwa reformasi birokrasi tidak akan berhasil jika masih ada celah untuk praktik korupsi dan penyimpangan. Disiplin dan integritas aparatur pemasyarakatan adalah fondasi utama dalam menjalankan transformasi yang digagasnya. Tanpa fondasi yang kuat, program-program inovatif seperti Lapas Produktif akan sulit diimplementasikan secara optimal.

Di bidang imigrasi, Silmy Karim juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor. Dalam kunjungannya ke Kantor Imigrasi Pamekasan, beliau meminta seluruh Kepala UPT untuk menjalin komunikasi yang sehat dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan aparat penegak hukum setempat. “Silaturahmi dan komunikasi yang baik dapat memperkuat koordinasi serta memudahkan penyelesaian persoalan di lapangan,” ucapnya.

Pendekatan kolaboratif ini sangat penting dalam konteks pengawasan orang asing yang menjadi salah satu fungsi utama imigrasi. Silmy Karim menegaskan bahwa pengawasan orang asing harus dimulai dari database yang dimiliki Sistik, kemudian dimonitor dan dilakukan pengecekan secara menyeluruh. Pengawasan juga dapat menggunakan APOA dan aplikasi ALL Indonesia yang mewajibkan pengisian alamat. Dengan sistem yang terintegrasi dan koordinasi yang baik, fungsi pengawasan dapat berjalan lebih efektif.

Di sisi pelayanan publik, Silmy Karim juga mendorong pengembangan aplikasi M-Paspor agar dapat melayani pemohon paspor dengan lebih tepat guna. Fokus pada digitalisasi dan peningkatan kualitas layanan ini menunjukkan bahwa Silmy Karim memahami tuntutan masyarakat modern yang menginginkan pelayanan publik yang cepat, mudah, dan profesional.

Momen istimewa terjadi saat Kepala Rutan Kelas IIB Sampang Kamesworo mempersembahkan buku karyanya berjudul “Pena di Balik Jeruji: Wujud Perubahan” kepada Silmy Karim. Buku yang lahir dari refleksi dan pengalaman nyata di dunia pemasyarakatan ini mendapat apresiasi tinggi dari Wakil Menteri. Silmy Karim menyebut karya tersebut sebagai wujud kontribusi nyata insan pemasyarakatan dalam mendukung literasi dan pengembangan wawasan.

“Bagi saya, ini kesempatan berharga. Semoga karya ini memberi manfaat dan bisa menjadi motivasi bagi insan Pemasyarakatan lainnya untuk terus berkarya,” ujar Kamesworo dengan rendah hati. Kehadiran karya tulis dari seorang Kepala Rutan menjadi simbol bahwa pemasyarakatan tidak hanya berfokus pada pengawasan, tetapi juga bisa menjadi ruang intelektual yang melahirkan gagasan.

Silmy Karim menutup rangkaian kunjungan kerjanya dengan penegasan kembali tentang visi besar transformasi pemasyarakatan. Beliau menekankan bahwa penguatan sistem pembinaan di lapas dan rutan harus terus berlanjut. “Kita ingin memastikan bahwa lapas dan rutan dapat menjadi tempat yang produktif dan berdaya guna bagi masyarakat,” pungkasnya.

Dengan kepemimpinan visioner Silmy Karim, sistem pemasyarakatan dan imigrasi Indonesia diharapkan mampu menghadirkan transformasi nyata yang tidak hanya berdampak pada warga binaan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat luas. Konsep Lapas Produktif, penguatan integritas, dan sinergi lintas sektor menjadi tiga pilar utama dalam strategi transformasi yang sedang dijalankan. Rangkaian kunjungan kerja di Jawa Timur pada awal Oktober 2025 menjadi bukti nyata komitmen Silmy Karim untuk tidak hanya memberi arahan dari belakang meja, tetapi turun langsung memastikan setiap kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan.

Related Tags & Categories :

Article

#Imigrasi

#Lembaga Pemasyarakatan

#Silmy Karim

#Silmy Karim Karir

#Silmy Karim Wamen